[Antologi Kepompong] Menjemput Matahari

Ah, seperti pagi yang biasanya, aku menguap pada hari-hari yang kulalui sebelum aku bangun di kota ini. Malam yang cukup panjang saat itu, bahkan saat pagi itu tiba, di kota Jakarta.

Tak seperti di Denpasar, aku harus kembali membiasakan diri untuk bangun sesuai waktu subuh dalam zona waktu Indonesia Barat, setelah sebelumnya terbiasa tidur dalam zona waktu Indonesia tengah selama hampir 2 tahun.

Selebihnya, rutinitas pagiku masih tetap sama dengan apa yang aku lakukan di Denpasar, kecuali ketambahan beberapa kegiatan baru : menggoreng gorengan untuk dijual setiap paginya.

Lirih sekumpulan anggota masyarakat di sebuah masjid di dekat rumah, memecah hening pagiku hari itu, selain suara alarm smartphone-ku yang memutar lagu Kunto Aji, sementara suara alarm suamiku terdengar seperti suaraku yang berusaha menyapanya setiap pagi.

Aku lantas mengambil wudhu dan menjalankan ibadah subuh hari. Namun setelahnya, Kartini merengek seperti layaknya bayi berusia 3 bulan setiap paginya. Aku pun langsung memberinya ASI sembari menyiapkan dagangan yang harus kukirim sebelum matahari terbit.

Hal seperti ini memanglah membosankan bagi segilintir orang, bahkan saking jengkelnya, ada lho orang tua yang tega menyiksa atau membunuh anaknya karena jengkel dengan tangisan sang anak. Namun hal ini bisa menjadi biasa saja tanpa ada masalah, karena hal semacam itu lebih baik seperti ini, secara naluriah.

5:30 pagi, saat pekerja masih mempersiapkan diri untuk bekerja di pusat kota dalam 1-2 jam kedepan, aku dan suami ku baru saja memulainya dengan mengantar dagangan ke warung-warung rekanan tetangga aku, Budi dan Ani. Dimulai dari kedai nasi uduk dekat rumah baruku di Cilandak, kafe kecil milik kawan lamaku selama di Jepang, warung pinggir jalan dekat stasiun MRT dan warung yang jaraknya 1 km dari rumah lamaku di Ulujami.

Memang cukup panjang sih, tapi setidaknya, kami bisa mendapat uang yang sebenarnya bisa lah buat jajan seblak di kedai seblak dekat rumah, atau ditabung semingguan biar bisa ngisi etoll buat perjalanan di dalam kota atau untuk sekadar naik MRT.

Kamar Mayu, 9 Maret 2021

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started