[Antologi Kepompong] Tamasya

Suatu hari, di kediaman baru aku di Cipete (ya, aku baru aja pindahan dari Cilandak ke Cipete karena ada sanak keluarga yang butuh tempat tinggal di Jaksel), aku duduk di taman belakang, memandang lini masa Instagram yang sarat akan cerita.

Singkat cerita, aku melihat sebuah postingan, dimana ada sebuah museum di daerah Gelora Bung Karno yang lagi rame dibicarain sama penduduk Jakarta. Ditambah, kami baru aja membeli mobil baru yang juga sama ramainya seperti museum itu. Tapi, alih-alih ingin membuat tamasya bersama keluarga, aku memilih untuk mengajak teman-temanku dengan dalih “me time.” Artinya, cuma aku doang yang bakal berangkat pakai mobil itu, tapi ngajak teman-temanku buat ikut.

Sehari sebelum tamasya itu terjadi, aku menghubungi banyak teman-temanku. Baik Ame sang tetangga jenaka beserta “kekasih” nya (sekaligus teman baik dari jaman aku masih tinggal di Bali) Mira, Chika sang kawan baru dari Cipete mepet Fatmawati dan Ivy sang kawan dari Cilandak VI. Lalu ketika kami sepakat untuk melakukan tamasya pada keesokan hari, perjalanan itu resmi dimulai saat itu juga.

Tak seperti tamasya bersama keluarga, yang dimana aku menjadi juru kemudi atas mobil yang kami punya. di tamasya kali ini aku mengajak Mas Ame sebagai driver dari Daihatsu Rocky milikku yang baru aja diambil dari dealer dua hari sebelumnya. Mobil kompak bermesin 3 silinder 1000cc dengan turbo itu akan menemani kami berlima dalam tamasya keliling kota atau bahkan sampai melipir ke Purwakarta hari ini.

Meskipun pada awalnya kami cuma berlima doang yang ikut tamasya, tapi ada satu tamu tak diundang yang tiba-tiba ikut dengan kendaraan terpisah. Nat atau biasa disebut Nato ini adalah salah satu teman baru aku dari RT sebelah. Hobinya dia main mobil klasik, dan ia bawa sebuah Daihatsu Charade Turbo tahun ’87 yang ia garap sejak lama. Sama-sama dari Daihatsu dan sama-sama ber-turbo, hanya saja yang satu full diisi 5 penumpang dan yang satu solo driving.

***

Pemberhentian pertama kami berenam tertuju pada suatu museum di GBK yang sedang rame di media sosial. Sebelumnya, teman kembarku juga pernah kesana sih bareng geng nya, dan akhirnya Mayu and the gang pun bertandang kesana cuma untuk menikmati salah satu yang menjadi spotlight disana, menikmati instalasi seni dengan sepatu roda.

Semua yang ikut kesana sangat menikmati hal itu, kecuali saat Nat tiba-tiba nabrak Chika sampai Chika agak terpelatuk sampe nyubit Nat. Meskipun begitu, kami menikmati banget kok berkeliling di museum itu.

Lanjut makan siang di sekitar Blok M Square, kami justru melipir ke kedai mie ayam yang pernah diulas sama blogger idolanya suami. Yup, kami melipir kesana untuk menikmati semangkuk mie ayam baso sembari ngobrol soal rutinitas mereka masing-masing.

“Chika, kamu ngapain aja minggu ini?” tanya Ayti (sapaan akrab aku ke Ivy),
“Biasa sih, cari ide paska debut jadi vtuber,” jawab Chika,
“Aku malah abis betulin komputer setelah pindah kosan ke deket rumahnya mbak Mayu,” ucap Mas Ame,
“Lah kenapa pas aku pindah kamu juga pindah mas? Apa mentang-mentang kami itu tetangga terbaik se Cilandak?” tanyaku sembari menahan tawa,
“Iya sih, hahahaha…” Jawab mas Ame sembari tertawa,
“Elah, aku juga tinggalnya ga jauh dari kosan baru kamu, pasti mau pdkt sama aku,” ucap Mira,
“Cieee… ada yang baru pacaran,” Nat berceletuk.

Kami hampir terlarut dalam perbincangan sampai mas Ame lupa kalau ia harus nyari masjid terdekat untuk shalat Jum’at. Lalu saat kami menunggu mas Ame selesai jum’atan, kami berkeliling Blok M sampai kami kepikiran buat makan sate Maranggi langsung di Purwakarta.

Jam satu siang, kami pun melanjutkan perjalanan keluar kota Jakarta. Yup, kami beneran pengen makan Sate Maranggi langsung di Purwakarta. Perjalanannya sih cuma makan sejam lebih tapi ga lebih dari 2 jam, which is mirip kayak waktu perjalananku dari rumah ke kantor baruku di Serpong.

Tapi, sebelum kami makan Sate Maranggi, kami justru melipir ke alun-alun disana hanya untuk menghirup udara sembari menunggu sore hari untuk melanjutkan perjalanan ke kedai Sate Maranggi yang tersohor disana.

***

Pulangnya, kami justru melipir ke Mall Cikampek cuma buat menghabiskan sore jelang magrib disana sembari beli makan malam buat dimakan di rumah (karena Sate Maranggi aja belum cukup, ehe) dan juga melihat Mas Ame dan Mira yang lagi kencan disana. Ciee…

Saat pulang ke Cipete, Charade-nya Nat ada sedikit problem yang membuat kami harus berhenti sejenak sampai masalahnya ilang. Untung, aku dan mas Ame paham soal masalah klasik ini, ban bocor. Selain Nat yang udah siap dari awal dengan menyediakan ban serep dan peralatan tambal ban darurat, kami yang paham gimana cara ganti ban mobil pas bocor pun membuat masalah itu bisa kelar ga nyampe setengah jam!

Lalu, saat kami melanjutkan perjalanan, aku lantas memutar lagu Nadin Amizah dan membuat hampir semua penumpang ngantuk, kecuali aku yang jadi driver pas pulangnya.

Pada akhirnya, tamasya itu pun selesai dengan banyak hal-hal seru terjadi selama hal itu berlangsung. Rasanya, kapan-kapan aku harus ngajak sekeluarga sama temen-temen ini buat bertamasya lagi.

***

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started